JAKARTA - Bank Indonesia (BI) memerkirakan mata uang rupiah di tahun depan akan melemah. Hal itu disebabkan tantangan perekonomian Indonesia di tahun depan akan sedikit memburuk.
"Kecenderungan rupiah di tahun depan akan melemah akan saya lihat kembali seperti apa," ungkap Deputi Gubernur BI Budi Mulya selepas Pelantikan Darmin Nasution menjadi Gubernur BI di Mahkamah Agung, Jakarta, Rabu (1/9/2010).
Kendati demikian, kondisi mata uang rupiah akan sama dengan kondisi mata uang emerging market. Dari pasar emerging itu kondisinya akan saling memengaruhi.
Tapi Budi menganggap saat ini tingkat volatilitas rupiah sudah jauh menurun dibandingkan sebelumnya. Apalagi sebelum ada penerapan kebijakan penguncian kepemilikan instrumen Sertifikat Bank Indonesia (SBI) selama satu bulan yang diterapkan BI sejak Juli lalu.

"Volatilitas rupiah semakin mengecil, sudah di bawah 10 persen yaitu di kisaran delapan persen, turun bila dibandingkan dulu masih di atas itu," jelas Budi.
Dengan kondisi tingkat volatilitas semakin mengecil maka kondisi rupiah akan semakin baik. Hal itu berarti tugas BI dalam menjaga volatilitas rupiah dinilai berhasil. Terlebih dengan kebijakan penguncian kepemilikan SBI satu bulan yang akan mengantisipasi terjadi pembalikan dana secara tiba-tiba (revearsal).
Menurut Budi, dengan kebijakan penguncian kepemilikan SBI itu maka dana asing secara instan tidak bisa seenaknya pergi.
Sebelumnya, Gubernur BI Darmin Nasution menjelaskan penguatan nilai tukar rupiah yang terjadi saat ini hanya sebentar saja. Tahun depan diperkirakan rupiah akan melemah seiring dengan tantangan tingkat perekonomian fundamental, regional dan global.
"Rupiah di 2011 nanti akan terus stabil tetapi kemungkinan akan cenderung melemah dibandingkan tahun ini," jelas Darmin.
Menurut Darmin, proyeksi bank sentral terhadap perekonomian tahun depan agak memburuk. Hal itu ditandai dengan kinerja ekspor akan kalah cepat dengan impor.
Penurunan kinerja ekspor ini disebabkan karena pertumbuhan ekonomi negara tujuan ekspor belum pulih. "Ekspor akan tertekan sedangkan impor masih akan tinggi ini menyebabkan surplus neraca berjalan akan turun dan bisa menekan rupiah," kata Darmin.
Sehingga BI menilai asumsi rupiah dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2011 sebesar Rp9.300 per USD dinilai cukup realistis.
Tapi meski rupiah cenderung melemah tahun depan, imbal hasil rupiah dinilai akan relatif lebih tinggi dan menguntungkan bagi investor saat membeli rupiah. "Kondisi tersebut akan menjadi daya tarik arus modal," jelas Darmin.(Didik Purwanto/Koran SI/ade) (okezone)

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati